Rabu, 14 Desember 2016

Tes Kepribadian SPSS Berbasis Komputer

Nama anggota kelompok:
Allysa Puspacinta                 (10513711)
Andiani Dini Putri                 (10513877)
Anisa Rahma Hanifa             (11513078)
Dicky Noviandi R                (12513423)
Dinda Deniati Pandini           (12513549)
Nurfadillah Ami Santika        (19513781)

EPPS
1. Sejarah tes EPPS
Psikolog Amerika Henry Murray mengembangkan teori kepribadian yang diselenggarakan dalam hal motif, menekan, dan kebutuhan. Murray menggambarkan kebutuhan sebagai potensi atau kesiapan untuk merespon dengan cara tertentu dalam keadaan tertentu diberikan.
Teori kepribadian berdasarkan kebutuhan dan motif menunjukkan bahwa kepribadian kita adalah refleksi dari perilaku yang dikendalikan oleh kebutuhan. Sementara beberapa kebutuhan bersifat sementara dan berubah, kebutuhan lain yang lebih mendalam duduk di alam kita. Menurut Murray, kebutuhan-kebutuhan psikogenik berfungsi sebagian besar pada tingkat bawah sadar, tapi memainkan peran utama dalam kepribadian kita.
Kepribadian Form Penelitian dan Jackson Personality Inventory juga terstruktur tes kepribadian berdasarkan teori Murray kebutuhan tapi dibangun sedikit berbeda dari EPPS dengan harapan validitas meningkat.
Tes EPPS ini telah diterbitkan dalam jangka waktu yang lama oleh The Corporation Psikologis, dan sekarang dikenal dengan Penilaian Harcourt. Pada tahun 2002 hak penerbitan di seluruh dunia dikembalikan pada Harcourt Allen L. Edwards Life Trust. Untuk wilayah Eropa, EPPS diterbitkan oleh Dimensi Test.
Dikembangkan oleh psikolog dan University of Washington profesor, Allen L. Edwards, EdwardsPersonal Preference Schedule (EPPS) adalah pilihan paksa, obyektif, persediaan kepribadian non-proyektif. Target audiens di antara usia 16-85 dan memakan waktu sekitar 45 menit untuk menyelesaikan. Edwards, yang merevolusi penelitian psikologi dengan teknik statistik baru, berasalkonten pengujian dari teori sistem kebutuhan manusia yang diusulkan oleh Henry Alexander Murray,yang mengukur rating individu dalam lima belas kebutuhan normal atau motif. The EPPS dirancang untuk menggambarkan relatif pentingnya individu beberapa kebutuhan yang signifikan dan motif. hal ini berguna dalam situasi konseling ketika tanggapan ditelaah dengan terperiksa.
EPPS adalah salah satu tes verbal, dimana karena sifat-sifat dari tes verbal ini bisa membuat individu menjadi waspada, sehingga bisa saja berbohong. Namun harus diingat bahwa korelasi antara apa yang dicerminkan keluar dengan keadaan ”dalamnya” mempunyai korelasi yang tinggi (0,871).
EPPS dituangkan dalam bentuk forced choice technique (fct), sesuai dengan kehidupan sehari-hari merupakan pencerminan keadaan sehari-hari, dimana individu dipaksakan untuk memilih sesuatu dan implisit berarti menolak yang lain. Di sini individu harus memilih salah satu pernyatan yang lebih disukainya.
EPPS merupakan tes kepribadian yang bersifat verbal dan memakai forced choice technique (fct). Sifatnya memilih, diantarkan kepada pilihannya (walaupun dasarnya juga alternatif, A atau B namun disertai kata-kata yang sifatnya mengantar kepada pilihannya). Tes kepribadian ini untuk melihat kecenderungan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Menurut Edwards (1953) kebutuhan-kebutuhan seseorang dapat diklasifikasikan ke dalam 15 golongan yang dibuat berdasarkan daftar kebutuhan pokok manusia, yang disusun oleh Henry Murray dan kawan-kawan (1938).

2. Pengertian tes EPPS
Tes EPPS (Edward Personality Preference Schedule) merupakan tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia. Edward menyiapkan beberapa butir soal sesuai dengan kebutuhan itu. Tes ini biasanya digunakan orang-orang yang akan memasuki dunia pekerjaan. (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
Salah satu tes kepribadian adalah EPPS atau Edward Personal Preference Schedue. EPPS adalah tes untuk mengukur kecenderungan-kesenderungan yag kita sukai dan megenai perasaan dalam bentuk soal-soal berpasangan.perlu diketahui bahwa penyataan tersebut bisa keluar berulang di soal lain, sehingga ada perlu memperhatika kosistensi anda.Tes ini digunakan untuk mengetahui 15 variabel kepribadian seseorang.(Tim Bintang Edukasi,2016)
Berdasarkan pendapat para ahli diatas EPPS atau Edward Pesonal Preference Schedule adalah salah satu tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia. tes ini untuk mengukur kecenderungan-kesenderungan yang kita sukai dan megenai perasaan dalam bentuk soal-soal berpasangan.

3. Tujuan dan manfaat
Tes EPPS untuk mengungkap 15 need yang ada pada diri seseorang. Bentuk tes EPPS berupa pasangan-pasangan pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas subyek adalah memilih satu pernyataan dari pasangan-pasangan pernyataan yang disajikan yang cocok atau sesuai dengan dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada 15 pasang yang sama.
Tujuannya adalah untuk mengetahui kesungguhan atau konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Apabila konsisten dapat dikatakan bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes dan menjadi valid untuk diskor. Standar konsistensi pengerjaan EPPS adalah 14, namun di Indonesia konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid untuk diskor (Karmiyati & Suryaningrum, 2005). Dalam menjawab item-item EPPS, subyek memiliki kecenderungan untuk melakukan press. Untuk menyiasati hal tersebut, Edward berusaha membuat pasangan-pasangan pernyataan imbang, jumlahnya antara yang mengandung press dengan yang tidak. Dari EPPS akan dihasilkan suatu need profil atau kepribadian seseorang. Hal ini sifatnya ipsative, yaitu untuk membandingkan need profil seseorang dengan yang lain harus dibandingkan keseluruhan need profil tersebut dan bukan setiap need-nya. Membandingkan setiap need dari seseorang hanya boleh dilakukan bila bersifat kelompok (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).

4. Langkah-langkah alat tes
a. Instruksi EPPS
Berikut ini instruksi yang harus dilakukan Testee (orang yang melakukan tes) dalam menyelesaikan tes  kepribadiaan EPPS:
1) Testee memilih satu dari dua pernyataan yang telah disediakan (A atau B) yang lebih menggambarkan dirinya.
2) Apabila dua pernyataan tersebut sama-sama tidak disukai atau sama-sama disukai, testee tetap harus memilih mana yang lebih khas menggambarkan dirinya.
3) Pilihan harus berdasarkan perasaan testeetidak berdasarkan apa yang dianggap wajar.
4) Tidak ada jawaban benar atau salah.
5) Jangan ada item yang terlewati.

b. Langkah-langkah Pengerjaan Tes EPPS Secara Online
1) Testee diminta untuk mengisi form biodata
       
2) Form digunakan testee untuk melakukan tes secara online, setelah testee mengisi biodata. Pada form ini, ditampikan informasi tentang: nomer tes, waktu yang telah digunakan, tombol mulai tes, tombol untuk menuju nomer tes tertentu, tombol untuk menampilkan jawaban tes yang telah diisi oleh testee, tombol untuk kembali ke nomer tes sebelumnya atau ke nomer tes selanjutnya dan tombol selesai.
       
3) Form isi tes manual dibawah ini digunakan untuk mengisi hasil tes kepribadiaan EPPS yang dilakukan secara manual terlebih dahulu (diisi oleh testee dikertas).
      


4) Didalam form hasil analisa, otomatis akan ditampilkan hasil 15 Need dengan kategori: sangat rendah, rendah, cenderung rendah, rata-rata, cenderung tinggi, tinggi dan sangat tinggi. Hasil Cons (consistency) juga ditampilkan dengan hasil deskriptif  VALID atau NOT VALID. Isian Interpretasi disediakan untuk menampung catatan interpretasi pihak yang berkompeten didalam membaca hasil analisa tes kepribadiaan EPPS.
5) Hasil analisa tes EPPS disediakan dalam bentuk laporan untuk memudahkan membaca hasil tersebut.
      

c. Langkah-langkah Skoring EPPS
Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan skoring hasil tes kepribadian EPPS:
1) Buatlah garis merah melalui:
No : 1, 7, 13, 19, 25
No : 101, 107, 113, 119, 125
No : 201, 207, 213, 219, 225
2) Buatlah garis biru melalui:
No : 26, 32, 38, 44, 50
No : 51, 57, 63, 69, 75
No : 151, 157, 163, 169, 175
3) Disebelah kanan, ada kolom bertuliskan :
a) n (need)
b)    r (raw)
Menghitung secara horisontal
Menghitung A yang dilingkari, kecuali A yang terkena garis merah tidak dihitung.
c) c (column)
Menghitung secara vertikal
Menghitung B yang dilingkari, kecuali yang terkena garis merah tidak dihitung
d) s (sum)
Jumlah r + c
e) ss
Sesuai Norma
4) Menghitung Konsistensi
a) Membandingkan secara vertikal dan sejajar jawaban A/B yang terkena garis merah dengan jawaban A/B yang terkena garis biru.
b) Bila sama (Sama memilih A atau sama memilih B), dalam kotak dibawah diberi tanda P, bila berbeda tidak diberi apa-apa.
c) Jumlahkan kotak yang diberi tanda P.
d) Tulis Jumlah tanda P, pada kolom CONS (consistency)
5. Tahapan tes EPPS
a. Tahapan dalam bentuk flowchart



Hak Akses Pengguna
Pada pengembangan aplikasi tes kepribadian EPPS terdapat 2 user : Administrator dan User, dimana masing-masing user tersebut dibedakan berdasarkan hak aksesnya.
a) Administrator
Mempunyai hak akses pada keseluruhan data master, proses tes dan penyajian laporan.
b) User
Hanya mempunyai hak akses melakukan tes secara online.

6. Perbandingan tes kepribadian EPPS manual dengan komputer
Tes EPPS Berbasis Komputer merupakan tes yang diselenggarakan dengan menggunakan komputer. Karakteristik dari tes menggunakan komputer ini sebenarnya sama dengan tes EPPS manual yaitu menggunakan satu perangakat tes dengan isi dan panjang tes yang sama. Perbedaannya terletak pada teknik penyampaian butir soal yang tidak lagi meggunakan kertas (paper), baik untuk naskah soal maupun lembar jawaban. Sistem skoring atau koreksi langsung dilakukan oleh komputer. Dan biasanya peserta tes bisa mengerjakan dan melihat butir soal dari nomor pertama sampai dengan terakhir.  Tes EPPS berbasis komputer lebih mudah dan tidak memerlukan alat tulis apapun seperti penggunaan tes EPPS manual.
7. Kesimpulan dan Saran
Jadi dapat disimpulkan EPPS atau Edward Pesonal Preference Schedule adalah salah satu tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia. Tes ini untuk mengukur kecenderungan-kecenderungan yang kita sukai dan megenai perasaan dalam bentuk soal-soal berpasangan. Tujuan dari EPPS adalah untuk mengetahui kesungguhan atau konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Perbedaan EPPS manual dengan sistem komputer terletak dari alat yang digunakan. Mahasiswa psikologi dan psikolog diharapkan memahami dan mengaplikasikan test menggunakan EPPS online karena penggunaan teknologi semakin berkembang dan kita harus memanfaatkan teknologi sebagai sarana maupun media yang dapat memudahkan dalam pelaksanaan test psikologis.

Daftar pustaka

Karmiyati., Diah., & Suryaningrum, C. (2005). Pengantar Psikologi Proyektif. UMM Press. Malang

Tim Bintang Edukasi. (2016). Big Job Test Terlengkap.  Edisi Pertama. Jakarta: Tim Bintang Wahyu.

Amelia, T., & Indriyanti, R. (2010). Pengembangan aplikasi tes kepribadian menggunakan metode edward’s personal preference schedule (epps). In: Seminar Nasional Sistem & Teknologi Informasi (SNASTI).

Sabtu, 29 Oktober 2016

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI (TUGAS 2)

Nama : Andiani Dini Putri
Kelas : 4PA06
NPM : 10513877

 A. Elemen dan karakteristik sistem yang dibutuhkan dalam membangun Sistem Informasi Psikologi.

  1. Elemen Sistem Menurut (Togar, 1994:11) Elemen sistem adalah bagian terkecil sistem yang dapat diidentifikasi. Input – output adalah kerangka yang bermanfaat untuk mengevaluasi operasi sistem (analisis proses) dan menentukan alternatif – alternatif untuk peningkatan performansi sistem (anlisis hasil akhir) (Togar, 1994:31). Lingkungan sistem adalah kumpulan obyek dimana perubahannya akan mempengaruhi sistem dalam batas – batas tertentu. (Togar, 1994:24) 
  2. Tujuan setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda. 
  3. Mekanisme pengendalian 

  • Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi. 
  • Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. 
  • Output merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.

B. Karakteristik Sistem Berikut adalah karakteristik sistem menurut Fatta (2007) 

  1.  Batasan (boundary) adalah penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang termasuk didalam sistem dan mana yang diluar sistem. 
  2. Lingkungan (environment) adalah segala sesuatu diluar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi, kendala, dan input terhadap suatu sistem. 
  3. Masukan (input) adalah sumber daya (data, bahan baku, peralatan, energi) dari lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem. 
  4. Keluaran (output) adalah sumber daya produk (informasi, laporan, dokumen, tampilan layar komputer, barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh kegiatan dalama suatu sistem.
  5. Komponen (component) adalah kegiatan-kegiatan atau proses dalam suaatu sistem yang mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output). komponen ini bisa merupakan subsistem dari sebuah sistem. 
  6. Penghubung (interface) adalah tempat dimana komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu atau berinterasi. 
  7. Penyimpanan (storage) adalah area yang dikuasai dan digunakan untuk penyimpanan sementara dan tetap dari informasi, energi, bahan baku, dan sebagainya. Penyimpanan merupakan suatu media penyangga diantara komponen tersebut bekerja dengan berbagai tingkatan yang ada dan memungkinkan komponen yang berbeda dari berbagai data yang sama. 

C. Model sistem informasi psikologi (secara manual) Model sistem informasi dalam psikologi salah satunya program SPSS. Program ini dibuat untuk membantu berbagai bidang ilmu dalam mempermudah pengembangan ilmu tersebut. Psikologi pun menggunakan aplikasi ini dalam membantu mengolah data. Aplikasi SPSS sangat membantu bidang psikologi ketika seseorang sedang melakukan penelitian di bidang psikologi dengan metode kuantitatif. hal ini merupakan kerjasama antar bidang ilmu komputer dan psikologi yang pada akhirnya bermanfaat untuk peningkatan kualitas psikologi itu sendiri 

 Daftar Pustaka: 
Fatta, H. A (2007).  Analisis dan perancangan sistem informasi. Jakarta: Andi Offset
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem 
http://raniwidiastuti.blogspot.co.id/2014/11/komponen-elemen-elemen-sistem.html

Kamis, 29 September 2016

Sistem Informasi Psikologi

Nama: Andiani Dini Putri
Kelas: 4PA06
NPM: 10513877


PENGERTIAN SISTEM
Ø Menurut Murdick (Hutahaen, 2014) , sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur atau bagan-bagan pengolahan yang mencari suatu tujuan tertentu.
Ø Menurut Jerry FutsGerald (Hutahaen, 2014), sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.
Ø Menurut Dr. Ir. Harijono Djojodihardjo (Hutahaen, 2014), sistem adalah sekumpulan objek yang mencakup hubungan fungsional antara tiap-tiap objek dan hubungan antara ciri tiap objek dan yang secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan secara fungsional.
Ø Menurut Marimin, Tanjung, Prabowo (2006), sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan objek yang saling berhubungan untuk mencapai tujuaan atau sasaran tertentu.

PENGERTIAN INFORMASI
Ø Menurut Laudon, informasi adalah data yang sudah dibentuk kedalam sebuah formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia.
Ø Menurut Davis (dalam Gaol, 2008) , informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.
Ø Leod  (dalam Gaol, 2008), mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah sebuah data yang sudah diolah dan mempunyai arti dan manfaat tertentu.

PENGERTIAN PSIKOLOGI
Ø Menurut Wade dan Tavris (2010), psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental serta cara perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme dan lingkungan eksternal.
Ø Wundt (dalam Basuki, 2008) psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Dalam psikologi, keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia.
Ø Woodworth & Marquis (dalam Basuki, 2008) memberikan gambaran bahwa psikologi mempelajari aktivitas-aktivitas individu. Pengertian “aktivitas” itu luas, baik aktivitas motorik, kognitif, maupun aktivitas emosional.
Ø Branca (dalam Basuki, 2008) menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yeng mempelajari tingkah laku dan kondisi mental manusia pada kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengertian sistem, informasi dan psikologi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi psikologi adalah sekumpulan objek atau sistem pengolah data yang memuat tentang psikologis manusia demi mencapai tujuan tertentu.

Daftar Pustaka
Hutahaean, J. (2014). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish
Marimin, Tanjung, H., Prabowo, H. (2006). Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya  Manusia. Bogor: Grasindo
Gaol, J.L. (2008). Sistem informasi manajemen pemahaman dan aplikasi. Jakarta: PT  Grasindo
Wade, C & Travis, C.(2010). Psikologi Kepribadian: Edisi 9. Jakarta: Erlangga
Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Depok: Universitas Gunadarma

Senin, 11 Januari 2016

Review Jurnal Job Enrichment

Kelompok 4 (pepaya) :
Allysa Puspacinta
Andiani Dini Putri
Anisa Rahma Hanifa
Dinda Deniati Pandini 
Nurfadillah Ami Santika


JUDUL
Enhancing Role Breadth Self-Efficacy: The Roles of Job Enrichment and Other Organizational Interventions
PENULIS
Sharon K. Parker
JURNAL
Journal of Applied Psychology
VOL  & NOMOR
Vol. 83, No. 6, 835-852
TAHUN
1998
REVIEWER
Allysa Puspacinta,Andiani Dini Putri,Anisa Rahma Hanifa,Dinda Deniati Pandini & Nurfadillah Ami Santika
TANGGAL REVIEW
8 Januari 2016
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan Peran Breadth Self-Efficacy: Peran Job Enrichment dan
Intervensi Organisasi lainnya.
LATAR BELAKANG
Peran luasnya self-efficacy (RBSE) mengacu pada kemampuan yang dirasakan karyawan membawa satu set yang lebih luas dan lebih proaktif dari tugas pekerjaan yang melampaui ditentukan teknis persyaratan. Sebuah skala baru dikembangkan dari RBSE adalah internal konsisten dan berbeda dari konsep terkait kepribadian proaktif dan harga diri. Dalam sebuah cross sectional awal
Penelitian (N = 580), variabel desain kerja (job enrichment, pembesaran pekerjaan, dan keanggotaan kelompok perbaikan) adalah prediktor organisasi kunci RBSE. Penyelidikan ini diulangi dalam studi cross-sectional kedua (N = 622) dan diperpanjang dengan memeriksa perubahan dari waktu ke waktu (N = 459). Analisis membujur menunjukkan bahwa peningkatan pengayaan pekerjaan dan peningkatan kualitas komunikasi meramalkan
pengembangan lebih self-efficacy.
SUBJEK
Sampel cross-sectional pada waktu 1 termasuk 622 peserta yang usia berkisar 16-63 tahun (M = 38,07, SD = 10,40) dan yang kepemilikan berkisar dari kurang dari 1 tahun sampai 22 tahun (M --- 8.08, SD = 6.98). Enam persen dari peserta perempuan, dan 20% memiliki kontrak kerja sementara. Pada waktu 2, ada 778 peserta yang menyelesaikan kuesioner (ukuran sampel meningkat dibandingkan dengan waktu 1 adalah karena ekspansi tenaga kerja untuk mengatasi lebih besar permintaan di seluruh dunia untuk produk). Dari jumlah tersebut, 459 peserta juga telah menyelesaikan survei sebelumnya dan itu cocok ini sampel yang digunakan untuk komponen longitudinal.
METODE
dua studi lapangan yang dilakukan di perusahaan terpisah yang menguji proposisi penelitian. Studi pertama didasarkan pada data cross-sectional. Itu Keberadaan asosiasi cross-sectional antara organisasi praktek dan RBSE.
KESIMPULAN
proposisi bahwa berbagai intervensi organisasi dapat mempromosikan sejauh yang karyawan merasa percaya diri untuk mengambil berbagai proaktif, interpersonal, dan integratif tugas - yaitu, untuk meningkatkan RBSE mereka. Menggunakan skala baru dikembangkan, terbukti handal dan valid, saya melakukan dua bidang studi yang bersama-sama memberikan dukungan untuk proposisi ini, meskipun menunjukkan bahwa hanya memilih praktik organisasi bentuk pengembangan RBSE. Pada tingkat umum, implikasi penting dari temuan ini adalah bahwa serta membangun tenaga kerja dengan tinggi self-efficacy dengan merekrut tepat karyawan (seperti yang dengan harga diri yang tinggi, dengan gaya kepribadian proaktif, atau dengan tingkat tinggi kemampuan kognitif dan motivasi intrinsik), yang self-efficacy karyawan yang ada dapat ditingkatkan melalui organisasi intervensi.
SARAN
kebutuhan yang jelas untuk melakukan penelitian ini dalam
organisasi lain untuk memastikan generalisasi dari Temuan, terutama mengingat bahwa studi ini melibatkan dua Perusahaan Inggris berbasis. Ada juga akan menjadi nilai untuk terus mengembangkan ukuran RBSE (misalnya, dengan membandingkan pendekatan Likert digunakan di sini dengan Bandura, 1986, pendekatan). Pada tingkat konseptual, penting untuk menyelidiki mekanisme yang organisasi variabel mempengaruhi RBSE. Misalnya, melakukan pengayaan pekerjaan meningkatkan pengalaman penguasaan enactive bahwa dalam peningkatan gilirannya self-efficacy, seperti yang saya telah berteori, dan ada link antara RBSE karyawan dan kinerja mereka? Investigasi pertanyaan terakhir tidak akan mudah karena ukuran yang tepat kinerja diperlukan. Akhirnya, hubungan antara RBSE dan karyawan kesejahteraan kebutuhan untuk diperiksa. Dalam kompleks dan lingkungan yang tidak pasti, karyawan dengan RBSE lebih tinggi mungkin lebih mampu mengatasi tuntutan yang muncul, sehingga meminimalkan stres yang mereka alami.




Menurut Kelompok kami jurnal berjudul “Enhancing Role Breadth Self-Efficacy: The Roles of Job Enrichment and Other Organizational Interventions” Sangat baik karena peneliti menjelaskan laporan secara lengkap dengan menjelaskan dan menjabarkan hasil pembahasan dari penelitian tersebut.


Kamis, 07 Januari 2016

Review Jurnal Kepuasan Kerja

Kelompok 4 (Pepaya):
Allysa Puspacinta
Andiani Dini Putri
Anisa Rahma Hanifa
Dinda Deniati Pandini
Nurfadillah Ami Santika

Review Jurnal Hubungan antara Kepuasan Kerja dan Resiliensi dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan Kantor Pusat PT. BPD Bali

Judul
Hubungan antara Kepuasan Kerja dan Resiliensi dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan Kantor Pusat PT. BPD Bali
Penulis
I Gusti Ayu Agung Yesika Yuniar, Harlina Nurtjahjanti, dan Diana Rusmawati
Jurnal
Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro
Vol. & Nomor
Vol. 9 No. 1
Tahun
2011
Reviewer
Allysa Puspacinta, Andiani Dini Putri, Anisa Rahma Hanifa, Dinda Deniati Pandini, & Nurfadillah Ami Santika
Tanggal Review
8 Desember 2016
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja terhadap OCB, hubungan antara resiliensi terhadap OCB, serta hubungan antara kepuasan kerja dan resiliensi terhadap OCB pada karyawan Kantor Pusat PT. BPD Bali.
Latar Belakang
Penelitian ini juga dilatar belakangi oleh terbatasnya penelitian mengenai kepuasan kerja dan resiliensi dengan organizational citizenship behavior(OCB) karyawan Kantor Pusat PT. BPD Bali.
Subjek
Populasi penelitian ini berjumlah 187 orang dan sampel penelitian berjumlah 127 karyawan tetap Kantor Pusat PT. BPD Bali yang minimal telah bekerja selama dua tahun. (seluruh karyawan Kantor Pusat  PT. BPD Bali yang berjumlah 191 orang). Penentuan sampel menggunakan teknik proporsional sampling.
Metode
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah self-report questionare (Anastasi, 1997). Penelitian ini menggunakan skala psikologi sebagai alat pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan tiga macam skala yaitu Skala OCB, Skala Resiliensi dan Skala Kepuasan Kerja. Ketiga skala tersebut menggunakan model skala Likert, dengan modifikasi alternatif jawaban menjadi lima respon yang terdiri dari pernyataan yangfavorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung).
Kesimpulan
Tidak adanya  tanda negatif  pada koefisien korelasi menunjukkan hubungan yang positif. Hubungan positif artinya jika kepuasan kerja meningkat maka OCB meningkat juga atau sebaliknya. Mengingat signifikansi yang diperoleh maka dapat diartikan bahwa hubungan antara kepuasan kerja dengan OCB adalah signifikan. Jadi dapat disimpulkan H1 dan H2 diterima.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan OCB. Karyawan akan melaksanakan tugas melebihi dari kewajiban formal yang ditentukan apabila mendapatkan kepuasan dalam bekerja. Kepuasan kerja dan resiliensi merupakan salahsatu faktor yang menentukan OCB.
Saran
Usaha meningkatkan OCB (Organizational Citizenship Behavior) karyawan berkaitan dengan pengaruh kepuasan kerja dan resiliensi, dapat disarankan sebagai berikut:
1.      Bagi Manajemen Kantor Pusat PT. BPD Bali
a.   Mengingat kepuasan kerja dan resiliensi berpengaruh positif, maka sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan dan menghargai karyawan-karyawan yang bekerja diperusahaan tersebut.
b.      Memperhatikan aset yang dimiliki karyawan.
c.   Menumbuhkan rasa persaudaraan dan saling percaya di lingkungan kerja.
d.    Pimpinan atau manajemen perusahaan memperhatikan faktor-faktor lain seperti, budaya setempat, budaya dan iklim organisasi, kepribadian dan suasana hati (mood), masa kerja dan jenis kelamin(gender).
2.    Sedangkan bagi penelitian selanjutnya yang berminat untuk memperdalam topik yang sama, dapat mengembangkan penelitian selanjutnya dengan memperluas orientasi kancah penelitian dengan mempertimbangkan variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap varibel OCB.


Menurut kelompok kami jurnal yang berjudul  “Hubungan Antara Kepuasan Kerja dan Resiliensi dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan Kantor Pusat PT. BPD Bali” cukup baik karena peneliti menjelaskan laporang secara lengkap dengan menuliskan secara rinci teori yang mendukung penelitian. Peneliti juga menjelaskan dan menjabarkan hasil dan pembahasan dari penelitiannya. Peneliti juga memberikan saran berdasarkan data dan hasil yang diperoleh dari penelitian, bukan semata-mata menurut pendapat pribadi.